5 Days Of Killer Queen
5 DAYS OF KILLER QUEEN
"5 Hari adalah waktu yang terasa singkat ketika bersama nya di toko buku itu"
Elizabeth Imelda Van Meyer. Seorang Killer Queen tinggi dengan rambut hitam panjang dan jiwa sarkastik yang melekat di dirinya adalah objek fana yang tidak bisa dibahasakan dengan diksi sederhana. Kecantikannya yang tidak bisa terdefinisi meskipun ratusan ribu kata di kamus bekerja sama untuk menentukan kalimat yang tepat untuk menjelaskan paras nya. Dia adalah seorang yang tidak biasanya kau temukan di fakultas keras seperti teknik. Dia memiliki ketertarikan menarik pada literatur fiksi. Dirinya memiliki banyak prestasi di masa lalu dan sekarang di bekali dengan visi yang gila serta tujuan yang lebih dari gila. Harga diri nya yang tinggi membuatnya menjadi prideful sins yang paling murni di mataku.
"Jika harga dirimu di manifestasikan menjadi sebuah bangunan, maka ia akan lebih tinggi ketimbang Burj Khalifa" -Pablo, Hari ke 3
Semuanya berawal dari pengkaderan fakultas. Dia tidak begitu mencolok di forum tapi keberadaannya terlalu menekan, dia sempat menjawab pertanyaan iseng ku tentang 'perbedaan pemimpin dan pimpinan'. Setelah pengkaderan fakultas diriku mencoba mencari kontak nya untuk silaturahmi ke kandang singa yang anggun ini. Walaupun sudah saling terikat kontak akan tetapi tidak ada hasil yang lebih jauh maka dari itu bendera putih pun berkibar tanda menyerah ku untuk berjalan lebih jauh.
Semuanya berubah ketika diriku mengunggah foto buku dorian gray serta harry potter di story whatsapp ku. Disitu sang Killer Queen itu tiba-tiba membalas nya dan akhirnya terjadilah dialetika kedua mahluk yang memiliki sifat yang kontras. Setelah panjang lebar berbahasa akhirnya kami memutuskan untuk bertemu di Gazebo depan kantin Metropilar. Disitu kami mukai berkenalan secara resmi dan bertukar minat serta informasi.
"Namaku Elisa"
"Kamu gatau betapa senang aku nya ketemu orang dengan selera buku yang sama" -Elisa di hari itu.
Elisa adalah orang yang menarik, kepribadian nya yang unik serta paras nya seperti model majalah vogue yang akhirnya membuat ku sadar dia merupakan perampok kelas kakap yang sekarang sedang membobol brankas emosi ku dan mengobrak-abrik isi hatiku. Jangan salahkan aku kalau jatuh hati kepada dirinya karena orang gila pun pasti menganggap suatu anugerah bisa keliling kota bareng dia. Akhir nya dia meminjam harry potter ku dan kami pun mulai menjalin pertemanan yang kian lama berkembang.
"Pinjam foto mu ya buat ku taroh di pameran seni, biar ada orang atheis yang akhirnya percaya keberadaan tuhan setelah melihat potret malaikat ciptaan tuhan" - Pablo, Hari ke 4.
Di whatsapp kami mulai ngobrol banyak tentang film, dia banyak merekomendasikan film horror kepadaku dan dia bahkan tidak menyelesaikan dead poet society yang ku sarankan. Di sini diriku memberanikan diri menonton film horror yang padahal diriku tak terbiasa dengan genre horror. akan tetapi tetap ku tonton. Setelah selang beberapa hari dia mulai tak merespon pesan ku dan ku rasa mungkin ini akhirnya... dan buku harry potter ku tidak kembali.
"Plss Can i borrow ur harry potter book? just a few days im fast reader tho" -Kebohongan pertama Elisa saat itu
Pada minggu siang, diriku pergi bersama Ketua himpunan HMTI yakni Jumain Zulkaedah untuk beli buku di rumah buku Firza. Disitu kami menelaah dan memanjakan mata kami dengan pemandangan buku yang takkan buat kami bosan bahkan harus menetap selama 3 tahun. Diriku menyempatkan diri mengambil dokumentasi untuk unggahan ku nanti. Dan akhirnya Si Elisa ngeliat unggahan ku dan mulai tertarik dengan tempat buku itu. Dia tertarik dengan Mortal Instrument series yang di jual disitu. Akhir nya kami sepakat untuk bersama-sama ke tempat buku itu.
"Jangan beri tahu siapapun tempat ini karena tak semua orang layak tau surga ini" -Pablo, Hari ke 1.
Akhirnya kami sering menghabiskan waktu bersama di tempat yang kini menjadi Roman empire bagi kita, dan disitulah perasaan ku mulai menguat kepada Elisa. Kami juga mulai akrab dengan Om Firman dan anak nya Ogi. Kami menghabiskan waktu kami dari sore sampai malam bersama disitu. Elisa dengan mata yang berbinar serta tubuh nya yang tak bisa diam menampung kekaguman yang meluap tak terkontrol dari rasa senang akan Penemuan rumah buku itu. Sial seperti melihat diriku ketika pertama kali ke sana...
"This is Heaven" -Elisa, Hari ke 1.
Kami mulai sering menghabiskan waktu bersama, jalan bersama, bahkan kehujanan bersama. Bahkan senior kami dan para leting juga mulai menyadari kedekatan kita. Diriku juga makin akrab dengan Elisa. Ia akhirnya berani membuka kotak pandora yang berisikan kutukan masa lalu yang menghantui nya sampai saat ini. Kami berbincang tentang itu sambil tertawa, terdiam, dan kembali tertawa lagi. Dan di akhiri dengan ungkapan yang menusuk.
"Pablo kamu bener-bener bestfriend ku. jadi kita tetep bestfriend ya jangan yang lain" -Elisa, Hari ke 2.
Setelah hari itu pandangan ku mulai berubah tentang Elisa serta perasaan ku juga. Yang awal nya ku jatuh hati padanya akhir nya aku pungut lagi hati ku dan menyepakati kalo aku dan dia itu ga cocok sama sekali. Kita cocok nya jadi sahabat. Walaupun sakit tapi rasanya nikmat ketika bisa menunjukkan sisi sesungguh ku kepada nya... Rasa nya bebas dan tidak perlu formal dan kaku lagi.
"Elizabeth Imelda Van Meyer, tapi hanya orang orang terdekat ku aja yang ku bolehin manggil Elise"
"Elise kejam banget anjir maksa orang bikin velocity" -Pablo, setiap hari.
Elise juga sering banget flexing tentang dirinya seorang keturunan indo belanda, dia juga sering tampil di acara choir dan voli ketika masih di jakarta. Aku sering ngeledek dia biar dia marah, sering usil biar dia kesel, sering bikin dia ketus sampe hampir di tabok berkali-kali. Sahabatan ternyata enak banget anjir. Dia sering maksa buat bikin velocity atau nggak sering banget ngeledekin aku gay dan suka dorian gray, dia sering banget bales nge bully aku bareng Ogi. Dia seru walau tempramen dan galak banget bangsatt tapi itulah yang membuat ku merasa bebas di sekitar nya. Om firman selaku pemilik rumah buku itu seperti sosok ayah bagi kami, dia keren dan seorang metalhead tulen yang dengerin band underground yang namanya gapernah ku dengar. Kadang dia juga mutarin kaset nya biar si Elise ga rese. Elise dan aku sering berkomunikasi dengan bahasa inggris. Dia juga suka banget thai tea.Kita main ke rumah buku sampe malam banget bahkan kehujanan ala Dilan.
"Jangan Sok berhentiin hujan kyk Dilan nanti ku tabok helem mu ini" -Elise, Hari 3
Setelah berhari-hari main ke rumah buku. akhir nya tiba di hari terakhir karena aku dah mau balik lebaran di daerah asal ku. Dan Elise juga nolak datang main kalo ga bareng aku. Dan om Firman pun bakalan balik ke jakarta setelah lebaran. Perasaan putus asa Elise tak bisa di sembunyikan yang akhirnya aku memberanikan diri untuk menawar untuk tetap datang main ke rumah buku walau Om Firman ke Jakarta. Dengan bantuan Ogi meyakinkan ayah nya itu karena dah terbiasa nyaman main bareng. "Yaudah Iya", sebuah magic word yang menjadi obat bagi luka Elise pun keluar.... akhirnya bebas lagi. Ya aku juga ikut senang banget dan berjanji bakalan pulang cepat ke Elise dan Ogi biar bisa main lagi.
"Yaudah Elise, ayo buat velocity" -Pablo, Hari Terakhir
Di hari terakhir diriku mendadak kaku dan murung karena harus berpisah. Walaupun diriku mengisolasi perasaan ku dengan beton 7 lapis akan tetapi Elise juga bisa mendobrak keras beton itu sekeras pukulan nya ke diriku. Dia tidak nyaman dengan sikap ku di hari terakhir dia tau ada sesuatu dan tidak suka dengan vibes ku kali ini. selang beberapa waktu Elise ditelpon seseorang dan dari telepon itu Elise marah-marah dan menyebut beberapa hal terkait kutukan kotak pandora di masa lalu yang mengganggu nya. Mood nya hancur. Akhir nya aku mengabulkan keinginan nya untuk membuat velocity yang akhir nya membuat nya kembali ceria dan tertawa sampai sesak napas. Aku sebenar nya gatau dia beneran bahagia atau ngga soalnya dia gabisa di tebak karena jiwa sarkas nya yang tebal setebal alis indah nya.
Kita juga bermain permainan masa kecil Elise yang aku gatau namanya tapi itu tentang adu refleks jempol dengan penyebutan angka random 1-4. awal nya Elise mengalahkan ku tapi akhirnya aku bantai balik dia nya sampai gamau berhenti. Dia minta rematch mulu dan raut nya kian serius dan menakutkan. SUMPAH DISITU GW TAKUT BANGET SIALAN. Bayangkan yang biasanya dalam permainan, orang bakal mikir caranya menang tapi gw nya malah mikir cara kalah biar dia senang trus udahan.
Di akhir, Om Firman ngasih Buku Narnia 1 ke aku trus minjamin seri Immortal Instrumen ke Elise. Kami pun berpamitan dan akhirnya berpisah untuk sejenak. Di jalan pulang Elise mendengarkan musik nya demi memperbaiki mood sementara aku kebelet pen nanyain banyak hal ke dia tapi yaudahlah dia juga lagi bad mood kyknya. Kita singgah beli Thai tea dulu abis itu Elise mulai ngoceh blak blakkan lagi pen ngebegal kata nya. Random banget Anj*ng Hahahaha tapi yaudahlah selama dia mau ketawa ya aku mau gamau tetap ketawa juga. Akhir nya kami pun sampai dan berpisah, sebelum pisah sebenar nya ada yg mau ku kasih tau tapi ka tersampaikan semua nya, yaudah aku ungkapin ajalah disini.
"Elise thank you so much for be my company for past 5 days. And i want to apologize for my childish and naughty act that i done to you, every word that might hurt your feelings or any bad habbits that make you uncomfortable. But trust me, everything you see past 5 day is my true alter ego and lucky you there's only few people can make me reveal that. Anyway thank you again.
p.s Don't forget to go to Church and pray for my health and ur relationship with someone you loved.
Your Best Friend (Laode Mohamed Bintang "Pablo" Yamir)".
end
Pablo, Kendari 24 Maret 2025
Komentar
Posting Komentar